BukuSold Out? Hubungi Kami di 019-2678913. NEWSLETTER; CONTACT US; FAQs
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Sumber Istimewa/ Azab Anak Durhaka Kepada Orang Tua, Buya Yahya Sebut Mengerikan dan Dibuat Sengsara di Dunia Senin, 12 September 2022 - 2043 WIB Sumatera - Seorang anak merupakan titipan Allah SWT kepada kedua orang tua. Maka dari itu, wajar saja banyak ditemui orang tua sayang kepada anaknya. Begitu juga anak kepada orang tuanya. Namun, tahukah anda apabila anak durhaka kepada orang tuanya akan mendapatkan azab di dunia dan akhirat. Berdasarkan ceramah Buya Yahya, anak yang durhaka kepada orang tua adalah wujud dosa yang amat besar. "Dikatakan baginda nabi, semua dosa anak durhaka ditunda oleh Allah SWT sehingga tidak tampak di dunia, orang berbuat dosa, berbuat dosa dibiari sampai mati sehingga disiksa di akhirat. Kecuali yang durhaka kepada orang tua, yang durhaka kepada orang tua akan diberik hukumannya di dunia sebelum di akhirat," ujar Buya Yahya seperti dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Senin 12/9/2022. Bahkan, Buya Yahya sebutkan di dunia sebelum di akhirat, akan tidak beruntung orang yang menjalani hidup ketika durhaka kepada orang tua. Baik itu nanti pernikahan, pekerjaan yang dimilikinya, bahkan orang yang durhaka kapada orang tua akan sengsara hidupnya di dunia."Tidak akan bahagia hidupnya bila dia durhaka kepada orang tua, biar pun dia ditolong seribu orang sekali pun, maupun yang nolong itu dewa, tetap tidak bisa, karena Allah sudah murka," katanya. Bahkan, usaha yang dibuat anak durhaka juga tidak akan diridohi Allah SWT. Namun, apabila anak durhaka itu memiliki usaha dan usahanya maju, dan masih durhaka dengan orang tua, maka Allah SWT akan mengirimkan istri yang begitu jahatnya. "Sebab durhaka kepada orang tua, akan dibalas Allah SWT di dunia sebelum di akhirat," pungkasnya. Namun, ia sebutkan jika manusia ingin hidup bahagia maka berbaktilah kepada orang tua dan baik-baik kepada orang tua. Halaman Selanjutnya "Mencintai orang tua harus dari hati kita, karena orang tualah yang menyayangi kita, yang menjaga kita dan setiap saat memikirkan keadaan kita. Maka siapa yang menjalani hidup tetapi durhaka terhadap orang tuanya, dia akan hidup sengsara," tuturnya. Berita Terkait Tikus Dianggap Menjijikan dan Kotor, Kalau Hamster Bagaimana, Bolehkah Dipelihara? Buya Yahya Jawab Begini, Ternyata... Heboh Biduan Dangdut Simpan Bayi dalam Koper Karena Malu Lahirkan Anak di Luar Nikah, Buya Yahya Sarankan Ini ke Pelaku Zina yang Akhirnya Hamil Banyak Cicak di Rumah Anda? Waspadai Hal Itu Menurut Ustaz Adi Hidayat Menandakan.. Tata Cara Taubat yang Baik dari Perbuatan Dosa Zina Menurut Buya Yahya Topik Terkait Ustaz Abdul Somad Nabi Allah Swt Azab Anak Durhaka Kepada Orang Tua Buya Yahya Azab Anak Durhaka Azab Saksikan Juga Jangan Lewatkan Waduh! Malam-malam Bukan Bersantai dengan Keluarga, Belasan Wanita Lansia Ini Justru Tertangkap Basah Sedang Bermain Judi Nasional 13/06/2023 - 2223 Subdit Jatanras Polda Metro Jaya menggiring puluhan orang yang tertangkap basah tengah asik bermain judi pakyu dan tashio di Jalan Dewi Warna, Sawah Besar. Gegara Lupa Matikan Tungku, Satu Rumah Warga di Lumajang Ludes Terbakar Jatim 13/06/2023 - 2219 Satu rumah warga di pemukiman padat penduduk di Dusun Tumpeng Timur, Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, ludes terbakar Ditreskrimsus Polda Sumut Tetapkan 2 Status Tersangka Baru Kasus AKBP Achiruddin Hasibuan, Sanksi TPPU Dimiskinkan Menanti Sumatera 13/06/2023 - 2213 Timsus dari Ditreskrimum, Ditreskrimsus serta Bid Propam secara kroyokan membuktikan dugaan sederet tindak pidana lainnya yang dilakukan Achiruddin Hasibuan. Djarot Sebut Megawati Dukung PDIP Baikan dengan Demokrat Nasional 13/06/2023 - 2211 Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan Ketua Umum PDI Perjuangan PDIP Megawati Soekarnoputri mendukung partainya berbaikan dengan Partai Demokrat. Timnas Indonesia Lawan Argentina, Bukan Lionel Messi All Star Timnas 13/06/2023 - 2207 Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan agenda FIFA Matchday Timnas Indonesia adalah melawan skuad Argentina, bukan tim yang bertajuk Lionel Messi All Star. Jelang Laga FIFA Matchday di GBT Surabaya, Shin Tae-yong Pahami Karakter Permainan Palestina Timnas 13/06/2023 - 2206 Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong ungkapkan persiapan tim hadapi Palestina dalam laga uji coba internasional bertajuk FIFA Matchday di Stadion GBT
e Isi ancaman berupa sesuatu yang membahayakan pada keluarga dan kerabat seperti akan membunuh atau menyakiti atau memperkosa anak, istri atau orang tua atau salah satu ahli warisnya. f) Ancaman itu bukan sesuatu yang hak. g) Pihak yang diancam tidak punya pilihan lain. h) Pihak yang dipaksa tidak berniat menceraikan istrinya. [14] Kesimpulan
BerandaKlinikKeluargaHukumnya Jika Mertua...KeluargaHukumnya Jika Mertua...KeluargaKamis, 23 Februari 2023Saya di-PHK. Mertua marah dan sering menyuruh istri untuk bercerai karena selama 1 tahun saya menganggur dan tidak menafkahi istri. Mendengar saya dihina, ibu menyuruh menceraikan istri juga. Saya dan istri tidak ingin bercerai, ibu saya mengembalikan keputusan ke kami. Namun, mertua saya tetap bersikeras menyuruh cerai. Pertanyaannya 1 Apa hukum orang tua menyuruh anaknya bercerai? Sedangkan anaknya tidak mau bercerai. Apa yang harus saya lakukan? 2 Bisakah mertua menuntut saya dan meminta ganti rugi karena selama 1 tahun anaknya tidak diberi nafkah, karena saya di-PHK?Secara singkat, tidak ada hukum yang menyebutkan hak orang tua menyuruh cerai. Atau dengan kata lain, baik orang tua atau mertua tidak berhak menyuruh anaknya bercerai. Hal ini karena kendali rumah tangga berada pada suami istri, sehingga orang lain sekalipun orang tua atau mertua tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Lantas, apa yang dapat dilakukan oleh Anda jika mertua atau orang tua menyuruh cerai? Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini. Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran kedua dari artikel dengan judul Apakah Orang Tua Berhak Menyuruh Anaknya Bercerai? yang dibuat oleh Zulhesni, dan pertama kali dipublikasikan pada Senin, 13 Mei 2013, yang pertama kali dimutakhirkan pada Selasa, 9 Agustus informasi hukum yang ada di Klinik disiapkan semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra turut prihatin dengan kondisi yang Anda alami. Sehubungan dengan kasus orang tua yang menyuruh cerai, kami sampaikan bahwa dalam sebuah perjalanan rumah tangga tidak dapat dipungkiri pasti terjadi konflik antara suami-istri dan keluarga besar, yang mana memicu terjadinya pertengkaran atau perselisihan hingga akhirnya bisa berujung pada perceraian. Namun, perlu ditegaskan bahwa proses perceraian tentu bukanlah hal mudah dan singkat untuk Pasal 39 UU Perkawinan dan Pasal 114 hingga 116 KHI, dapat dikatakan bahwa perceraian bisa terjadi atas kehendak suami atau istri. Kehendak bercerai sebenarnya datang dari suami atau istri yang tidak bisa utuh lagi dalam membangun rumah tangga. Penyebabnya sangat banyak, mulai dari ketidakcocokan hingga bisa jadi ada hasutan pihak ketiga, termasuk mertua atau orang tua menyuruh lanjut, mengenai alasan-alasan perceraian terperinci dapat Anda temukan ulasannya dalam artikel berjudul Cara Mengurus Surat Cerai Tanpa Buku Orang Tua Menyuruh Anaknya BerceraiLantas, timbul pertanyaan, apa hukumnya orang tua menyuruh anaknya bercerai? Secara prinsip, tentu tidak ada hak orang tua untuk menyuruh cerai anaknya dengan suami atau istrinya, karena kendali rumah tangga sepenuhnya pada suami istri. Akan tetapi, dalam praktiknya, orang tua atau mertua bisa mempengaruhi kendali rumah tangga dan menyuruh cerai. Padahal, keinginan dan keputusan bercerai tetap berada di tangan suami atau memahami bagaimana hukum memaksa orang bercerai, menjawab pertanyaan kedua Anda, dalam hal suami tidak memberikan nafkah kepada istri dan anaknya karena di-PHK dan belum mendapat pekerjaan, mertua tidak dapat dapat menuntut ganti rugi kepada suami. Karena dalam rumah tangga, yang berhak menuntut suami adalah istri dan berdasarkan Pasal 9 ayat 1 jo. Pasal 49 ayat 1 UU PKDRT, suami tidak memberi nafkah hingga menelantarkan istri dan anaknya bisa diancam pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp15 demikian, hukum memaksa orang bercerai atau menyuruh cerai adalah tidak dapat dilakukan, sebab urusan rumah tangga milik kendali suami istri sepenuhnya, bukan urusan orang lain, termasuk orang tua atau sekiranya mertua tetap bersikeras menyuruh cerai dengan Anda, langkah yang dapat kami sarankan adalah melakukan pendekatan secara pribadi dan memberikan keyakinan kepada mertua bahwa Anda sebagai suami adalah orang yang bisa bertanggung jawab. Katakan Anda masih berusaha mencari pekerjaan yang layak agar bisa menafkahi istri dan anak. Sebab, suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.[1]Demikian jawaban kami terkait kasus orang tua menyuruh cerai sebagaimana ditanyakan, terima HukumUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga;Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum
Pertama ada alasan syar'i yang dijadikan landasan tuntutan orang tua agar anaknya menceraikan istrinya. Misalnya, kesulitan istiqamah seorang istri dalam menjaga kehormatan suaminya dan berbagai cara telah gagal ditempuh untuk menuju ishlah. Kedua, ayah atau ibu tidak memiliki alas an syar'i dalam menuntut anaknya dalam menalak istrinya.
Ilustrasi azab anak durhaka kepada ibunya. Foto PixabayOrang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak. Jadi, sudah sepatutnya seorang anak selalu mematuhi dan berbakti kepada orang tuanya, khususnya kepada ibu. Nabi Muhammad SAW bahkan mengulangi perintah untuk berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali, sedangkan berbakti kepada ayah hanya satu kali. Itu karena perjuangan yang dilakukan dan kasih sayang yang diberikan oleh ibu jauh lebih besar daripada seorang buku Transformasi Ibadah Ritual Dalam Kehidupan Sosial susunan Muhamad Bajri, doa seorang ibu adalah doa yang paling mustajab dan pasti diijabah oleh Allah SWT, termasuk doa yang baik maupun doa yang buruk. Jadi, dapat dipastikan bahwa anak yang durhaka kepada ibunya akan diberikan balasan berupa kepedihan luar ini juga dibahas dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian safar, doa orang yang teraniaya atau dizalimi” HR. Abu Daud.Azab Anak Durhaka kepada IbunyaSebagai pengingat, inilah deretan azab anak durhaka kepada ibunya yang dikutip dari buku Doa Ibu susunan Rabi’atun azab anak durhaka kepada ibunya. Foto Pixabay1. Dibenci Allah SWTAllah SWT akan memberikan ridho-Nya jika orang tua juga meridhoi. Sebaliknya, apabila orang tua murka, Allah pun akan murka. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murkanya Allah tergantung pada murkanya orang tua.” HR. Al-Hakim2. Menerima azab di duniaAnak yang durhaka kepada ibunya tidak hanya mendapat dosa, namun Allah juga akan memberikan azab dunia bagi mereka. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda “Setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua orangtua. Sesungguhnya Allah akan menyegerakan balasan kepada pelakunya didalam hidupnya sebelum mati.”3. Tidak diterima shalatnya oleh Allah SWTAzab anak durhaka lainnya adalah shalat yang dikerjakan tidak akan diterima oleh Allah SWT. Sebaik dan sekhusyuk apa pun, Allah akan tetap menolak sholat anak yang durhaka kepada ibunya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah berkata“Allah tidak akan menerima shalat orang yang dibenci kedua orangtuanya yang tidak aniaya terhadapnya.” HR. Abu Al-Hasan bin Makruf.4. Dosa-dosanya tidak akan diampuniAllah tidak akan memberikan ampunan kepada seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya. Ancaman ini telah diriwayatkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang artinya“Berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya aku tidak akan mengampuni." Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orangtua, "Bahwa berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya aku mengampunimu." HR. Abu Nu'aimDari hadits tersebut, dijelaskan bahwa Allah SWT tidak akan memberikan ampunan kepada seseorang yang durhaka kepada orang tuanya. Sebaliknya, Allah SWT akan mengampuni dosa orang-orang yang berbakti kepada orang Terhapus semua amal ibadahnyaSeseorang yang rajin beribadah, namun durhaka kepada orang tua, terutama ibunya, maka segala amal ibadah yang telah dikerjakan akan terhapus. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits berikut“Ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua dan seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu." HR. ThabraniDalam hadis tersebut, dikatakan bahwa Allah SWT akan menghapus amal orang yang melakukan perbuatan syirik, seorang alim berilmu yang dipermainkan oleh orang dungu, dan seorang yang anak azab anak durhaka kepada ibunya. Foto Pixabay6. Diharamkan mencium wanginya surgaAllah mengharamkan seseorang yang durhaka kepada orang tuanya untuk mencium wanginya surga. Padahal, wangi surga dapat tercium dari jarak perjalanan seribu tahun. "Sesungguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun dan demi Allah tidak akan mendapatinya barang siapa yang durhaka kepada orangtuanya." HR. Thabrani7. Tidak akan masuk surgaSeseorang yang durhaka kepada orang tuanya akan diazab oleh Allah SWT dengan tidak akan masuk surga. Rasulullah bersabda“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orangtua dan juga seorang dayyuts atau banci orang yang merelakan kejahatan berlaku di dalam keluarganya, merelakan istri dan anak perempuannya serong.” HR. Nasa'l dan Ahmad8. Tidak termasuk dalam umat Nabi Muhammad SAWAzab pedih bagi anak yang durhaka kepada ibunya adalah tidak termasuk ke dalam golongan umat Nabi Muhammad SAW. Itu karena Rasulullah telah memerintahkan umatnya untuk selalu taat dan tidak durhaka kepada orang itu, salah satu kunci sukses dunia akhirat bagi seorang Muslim adalah doa dan restu orang tua. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua agar mendapatkan ridha Allah dan keutamaan-keutamaan Termasuk ke dalam orang-orang yang merugiDalam sebuah hadis dijelaskan bahwa seorang anak yang menemani orang tuanya atau salah satunya sampai tua, namun durhaka atau tidak berbakti kepadanya, maka sesungguhnya mereka adalah orang yang merugi dan SAW bersabda “Sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina orang yang mendapati orang tuanya atau salah satunya sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga." HR. Muslim10. Disebut orang kafirAzab anak yang durhaka kepada ibunya adalah disebut sebagai orang kafir. Dikatakan dalam sebuah hadits "Jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa orang yang mengabaikan kedua orangtuanya, maka dia kafir." HR. MuslimMengapa Rasulullah lebih mengutamakan kepada anak untuk berbakti kepada ibunya?Apa salah satu azab bagi anak yang durhaka kepada ibunya?
Ketikaorang tua sudah menerima pilihan anaknya, maka dia harus menerima dan memperlakukan menantunya seperti anak kandungnya sendiri. Jangan pernah sekali-sekali mertua meniggikan anak kandungnya yang akan membuat menantu merasa minder dan berkecil hati. 9. Tidak Boleh Membandingkan Antara Menantu yang Satu Dengan yang Lainnya
Pertengahan tahun 2021, saya pernah mengulas isi mauizhah hasanah KH Izzuddin Muslih dalam sebuah acara walimatul arus tentang Birrul Walidayn. Pagi ini, ada salah satu pembacanya bertanya "Bagaimana bila orang tua menyuruh menceraikan pasangan? Apakah bila tidak menuruti mereka berarti tidak birrul walidayn bakti kepada orang tua?" Nabi Muhammad bersabda أبغض الحلال إلى الله الطلاق Artinya, "Kehalalan yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian." Al-Imam As-Shan'any ketika mengulas hadits ini berkata "Hadits ini menjadi dalil bahwa dalam kehalalan ada beberapa hal yang tidak disukai oleh Allah. Dan yang paling tidak disukai di antara semuanya itu adalah perceraian. Ini berarti perceraian itu tidak mengandung nilai ibadah dan tidak berpahala pastinya. Maka, hadits ini sekaligus menjadi dasar untuk menjauhkan diri dari perceraian, selagi masih ada hal yang bisa menjadi alasan menghindari perceraian tersebut." Dalam hadist yang lain, Rasulullah bersabda ما زال جبريل يوصيني بالنساء حتى ظننت أنه سيحرم طلاقهن Artinya "Malaikat Jibril terus menerus berpesan tentang para wanita sampai sampai aku mengira menceraikan mereka akan diharamkan." Para ulama memahami hadits-hadits tersebut menjadi sangat "menutup pintu" untuk urusan perceraian. Bahkan mereka melarang perceraian itu terjadi walaupun atas dasar taat kepada orang tua. Padahal Allah memerintahkan kita untuk taat kepada mereka dalam Al-Qur'an Al-Karim. Syekh Atha' bin Abi Rabah, Mufti Al-Haram Al-Makki ketika ditanya oleh seseorang tentang pria yang mempunyai Ibu dan Istri dan sang Ibu tidak rela terhadapnya kecuali bila ia menceraikan istrinya. Beliau menjawab "Hendaknya dia bertakwa kepada Allah dalam urusan ibunya dan senantiasa menjalin hubungan baik dengannya." Sang penanya berkata "Apakah dia harus menceraikan istrinya?" Beliau menjawab "Tidak." Sang penanya kembali berkata "Bukankah dia tidak diridhai ibunya kecuali dia menceraikan istrinya?" Beliau menjawab "Maka Allah tidak ridha kepada ibunya. Istrinya ada di bawah tanggung jawabnya, bukan ibunya, dialah yang menentukan, mempertahankan, atau menceraikan." Ketika mendengar cerita tentang seorang lelaki yang menceraikan istri atas perintah ibunya, Al-Imam Hasan Al-Bashri berkata ليس الطلاق من برها في شيئ Artinya "Perceraian itu sama sekali bukan termasuk berbakti kepada ibunya." Suatu ketika, seorang lelaki curhat kepada Syekh Abdullah bin Al-Mubarik, dia berkata "Dulu ibuku selalu memintaku untuk menikah, sampai aku menikah. Setelah aku menikah, ia selalu memintaku menceraikan istriku." Syekh berkata "Kalau engkau sudah merasa melakukan semua bakti kepada ibumu kecuali ini, ya sudah ceraikan saja. Tapi, jika engkau menceraikan istrimu, lalu engkau membuat keributan yang luar biasa dan ibumu tetap marah kepadamu sebab kegaduhan yang kau buat itu, maka jangan kau ceraikan istrimu." Seorang pria bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal "Bagaimana jika ayahku memerintahku menceraikan istriku?" Beliau menjawab "Jangan kau ceraikan." Dia berkata "Bukankah Sayyidina Umar juga menyuruh putranya, Abdullah, untuk menceraikan istrinya?" Beliau menyahut "Sampai ayahmu bisa menjadi seperti Sayyidina Umar." Sebuah simpulan disampaikan oleh Al-Muhaddits, Abdul Aziz bin As-Shiddiq Al-Ghumary "Maka tidak ada hak bagi ayah suami atau ibunya dan ayah istri atau ibunya untuk merusak atau membubarkan pernikahan anaknya demi keinginan pribadinya dan menuruti perbuatan dan bisikan setan, hal ini yang banyak terjadi sehingga mengakibatkan perceraian dan perpisahan bagi anak dan pasangannya." Kokohnya rumah tangga adalah tanggung jawab suami dan istri selaku penumpang bahtera ini. Berumah tangga juga wahana mengolah semua kemampuan untuk menjadi bijaksana dalam mengambil keputusan. Semoga rumah tangga kita, dari hari ke hari, senantiasa bertambah kemesraan dan keharmonisannya. Aamiin... KH R Abdul Aziz, peneliti pada Aswaja NU Center PWNU Jatim, Direktur Aswaja NU Center PCNU Bangil.
Sebaborang tua suami juga merupakan orang tua Anda. Maka, berusahalah untuk dapat berbuat baik kepada orang tua suami. Selagi bentuk intervensi mertua adalah sebagai nasehat, mengapa kita harus merasa resah atau malah menolaknya. Setiap orang tua ingin melihat anaknya bahagia dan dapat membina keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah.
Apabila kedua orang tua menyuruh anak untuk menceraikan istrinya, apakah harus ditaati atau tidak ? Di bawah ini dibawakan beberapa hadits Nabi Shallallahu alaihi wassalam, diantaranya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Dawud. “Dari sahabat Abdullah bin Umar berkata “Aku mempunyai seorang istri serta aku mencintainya dan Umar tidak suka kepada istriku. Kata Umar kepadaku, Ceraikanlah istrimu’, lalu aku tidak mau, maka Umar datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakannya, kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, Ceraikan istrimu’” [Hadits Riwayat Abu Dawud 5138, Tirmidzi 1189, dan Ibnu Majah 2088] Hadits kedua diriwayatkan oleh Abu Darda Radhiyallahu anhu. “Dari Abu Darda Radhiyallahu anhu berkata bahwa ada seseorang datang kepadanya berkata, “Sesunggguhnya aku mempunyai seorang istri dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang tua itu ialah sebaik-baik pintu surga, seandainya kamu mau maka jagalah pintu itu jangan engkau sia-siakan maka engkau jaga” [Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan hadits ini Hasan Shahih]. Hadist ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa seandainya orang tua kita menyuruh untuk menceraikan istri kita, wajib ditaati. [Nailul Authar 7/4] Ini terjadi bukan hanya pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam saja tetapi juga pada zaman Nabi Ibrahim Alaihis Shalatu wa sallam. Ketika Ibrahim Alaihi Shalatu wa sallam berkunjung ke rumah anaknya -Ismail Alaihi salam- dan anaknya saat itu tidak ada di tempat, kemudian Ibrahim berkata kepada istri Ismail Alaihi Salam, “Sampaikan pada suamimu hendaklah dia mengganti palang pintu ini” . Ketika Ismail datang, istrinya mengatakan bahwa ada orang tua yang datang menyuruh ganti palang pintu. Ismail kemudian mengatakan bahwa orang tua yang datang itu ialah ayah yang menyuruh menceraikan istrinya. [Hadits Riwayat Bukhari no. 3364 Fathul Baari 6/396-398] Sebagian ulama yang lain mengatakan jika orang tua kita menyuruh menceraikan istri tidak harus diataati. [Masaail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 96-97] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang seseorang yang sudah mempunyai istri dan anak kemudian ibunya tidak suka kepada istri dan mengisyaratkan agar menceraikannya, Syaikhul Islam berkata, “Tidak boleh dia mentalaq istrinya karena mengikuti perintah ibunya. Menceraikan istri tidak termasuk berbakti kepada Ibu” [Majmu’ Fatawa 33/112] Ada orang berta kepada Imam Ahmad, “Apakah boleh menceraikan istri karena kedua orang tua menyuruh untuk menceraikannya ?” Dikatakan oleh Imam Ahmad, “Jangan kamu talaq”. Orang tersebut bertanya lagi, “Tetapi bukankah Umar pernah menyuruh sang anak menceraikan istrinya ?” Kata Imam Ahmad, “Boleh kamu taati orang tua, jika bapakmu sama dengan Umar, karena Umar memutuskan sesuatu tidak dengan hawa nafsunya” [Masail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 27] Permasalahan mentaati perintah orang tua ketika diminta untuk menceraikan istri, sudah berlangsung sejak lama. Oleh karena itu para imam aimmah sudah menjelaskan penyelesaian dari permasalahan tersebut. Pada zaman Imam Ahmad abad kedua dan zaman Syaikhul Islam abad ketujuh permasalahan ini sudah terjadi dan sudah dijelaskan bahwa tidak boleh taat kepada kedua orang tua untuk menceraikan istri karena hawa nafsu. Kecuali jika istri tidak taat kepada suami, bertindak zhalim, berbuat kefasikan, tidak mengurus anaknya, berjalan dengan laki-laki lain, tidak memakai jilbab tabaruj/memperlihatkan aurat, jarang shalat dan suami sudah menasehati dan mengingatkan tetapi istri tetap nusyuz durhaka, maka perintah untuk menceraikan istri wajib ditaati. Wallahu Alam. [Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]
Azabanak durhaka kepada orang tua - Anak adalah suatu amanah atau titipan dari Allah SWT yang harus dijaga oleh setiap orang tua. Tentunya mereka bertanggung jawab atas segala macam kebutuhan anak-anaknya, mulai dari pemberian sandang pangan, kasih sayang dan pendidikan agar kelak anak tumbuh menjadi generasi berkualitas dan berakhlakul karimah.
Astagfirullah !! Sungguh Mengerikan Inilah Azab Orangtua Yang Membiarkan Anaknya PACARAN Banyak orang tua kurang peka dengan kemaksiatan yang bernama ”PACARAN”. Padahal aktifitas asusila seperti cumbu rayu, meraba, berciuman, hingga berzina sudah dianggap hal yang biasa dalam pacaran. Orang tua tidak merasa berdosa membiarkan anaknya berpacaran dan masyarakat juga tidak menganggapnya sebagai permasalahan. Akhirnya para remaja tidak malu lagi mempertontonkan tindakan asusila dimuka umum. Keadaan ini semakin diperparah dengan bergentayangnya pornografi dan pornoaksi ke tengah masyarakat melalui berbagai jalur dengan dalih kebebasan berekspresi. Celakanya, konten-konten vulgar tersebut kapan mau bisa diakses dengan mudah dan nyaman melalui ponsel. Disisi lain, kondisi perekonomian dan gaya hidup konsumtif juga membelit remaja. Santer terdengar ada segolongan remaja yang melacurkan diri demi ambisi memiliki gadget baru, parfum mahal, baju keren, dan barang mahal lainnya. Na’udzubillah... Baca Juga Remaja yang Masih PACARAN Akan PUTUS Setelah Membaca Artikel Ini, Bantu Sebarkan! Sesungguhnya islam tidak hanya mengharamkan zina, akan tetapi juga mengharamkan pendahuluannya hal-hal yang dapat membawa kepada perzinahan, seperti mengharamkan berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan, memerintahkan menundukkan pandangan, menjauhi khamar minuman keras/narkoba. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan” QS. Al Isra’ 32. Mendekatinya saja dikecam, apalagi sampai melakukannya. Zina adalah pangkal kegelapan di dalam hidup. Pacaran adalah salah satu jalan zina dan yang mengantarkan seorang manusia menuju zina besar. Bagaimanakah kengerian akibat zina di dunia dan akhirat? Apakah orang tua mendapat akibat siksa atas zina pacaran yang dilakukan oleh anak-anaknya? Berikut transkrip ceramah Ustadz Yusuf Mansyur tentang ngeri, mencekam, serta buruknya akibat zina. Semoga Allah Ta’ala melindungi diri, keluarga, dan kaum Muslimin dari segala jenis zina. Aamiin. Hati-hati ye, Mahasiswa-mahasiswi ye, jangan sampai pingin sekolah tinggi, nikahnya telat, tapi, udah main-main. Hancur hidup ente! Anak muda itu, kalau sudah berzina, hancur hidupnye! Bener! Kalau ente pingin tahu bagaimana rasanya dihancurin Allah, berzina aja. Iya! Biar tahu rasanya kayak apa. Makanya, jangan macem-macem. Kalau jadi mahasiswa atau mahasiwi, yang baik-baik. Kalau emang pacaran, pakai sarung tinju. Jadi gak sempat pegangan. Kalau emang naik motor berdua sama pacar, pakai triplek. Bener-bener, nih. Jaga betul, jaga betul. Sebab, nih ya, anak-anak sekarang ini kelakuannya masya Allah baca mengkhawatirkan. Abis, contohnya televisi. Contohnya televisi. Contohnya televisi. Jadi, pegangan tangan sudah tidak apa-apa. Cium pipi kanan-pipi kiri; gak apa-apa. Padahal, bahayanya itu na’udzubillah… Itu kalau laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim pegangan tangannya, ibunya itu-nanti di dalam kubur-dibawain batu neraka oleh malaikat Zabaniyah. Lah, malaikat Zabaniyah kan tempatnya di neraka, tapi bisa naik tuh ke kuburan seraya membawa kerikil. Kerikil tersebut sudah dipanasin di neraka berjuta-juta tahun. Kerikil tersebut diletakkan di telapak tangan ibunya, lalu si ibu disuruh menggenggam. Gara-gara menggenggam batu tersebut, ubun-ubun otak ibunya hancur. Itu merupkan siksa yang paling rendah bagi seorang ibu orang tua jika anaknya berzina. Makanya, Bu, penting ngasih tahu ke anak, “Sini, nak. Kamu sayang atau tidak sama Emak? Kalau sayang, jangan sampai kamu dipegang oleh orang lain, kecuali suami kamu nanti.” Bener itu! Nah, kalau si anak benar-benar berzina, siksanya lebih kejam lagi. Ibu-ibu yang sudah di alam kubur, malaikat Zabaniyah itu naik ke alam kubur dengan membawa tombak enam belas mata. Tombak tersebut dihujamkan ke tubuh si mayit yang anaknya berzina. Hal itu merupakan balasan kepada orang tua karena tidak mendidik anak hingga sampai berzina. Ibu yang di alam kubur bisa mengutuk si anak, “Gak ridha saya. Anak saya mempersembahkan perbuatan buruk!” Kutukan ibu di alam kubur itu yang membuat si anak hidup susah di dunia sehingga; mencari kerja gak ketemu, begitu kerja tidak cukup, ketika usaha berhutang. Itu, jawabannya cuma satu; tuubuu illallah, bertaubat kepada Allah. Serem. Serem. Makanya, jangan main-main! Jangan pacaran! Gak ada judulnya pacaran. Gak ada! Pacaran islami, gak ada! Gak ada pacaran islami! Bener! Gak ada! Subhanallah deh… Mendingan kita sehat dan selamat daripada urusannyaribet. Nah, orang-orang ini sekarang sudah tidak belajar urusan ribet. Yang dipelajari hanya urusan enak, tapi urusan ribet tidak dipelajari. Mudah-mudahan jadi ingetan. Jadi, pas mau dipegang sama pacarnya, si anak akan bilang, “Maaf, Bang. Gak, Bang. Ntar daripada Emak ane susah. Jadi, kalau Abang mau, lamar aja, Bang.” Masih mau berpacaran? Na’udzubillahi min dzalik. Mohon Bagikan info penting ini kepada semua orangtua dan para remaja Sumber [BersamaDakwah] Semoga bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua akan bahaya pacaran
Perbuatanyang dosanya sama dengan durhaka kepada orang tua azab dunia akhirat bahkan dosa besar juga dapat terhapus, tambah ustadz adi hidayat. Orang tua adalah seorang yang sangat berjasa di dalam hidup setiap anak di dunia ini, mereka rela lapar demi anaknya, rela tidak salat tahajud karena anaknya menangis, semuanya mereka korbankan.
Sudah sepantasnya, sebagai anak untuk berbakti kepada orang tua. Mengapa? Karena pengorbanan orang tua, baik ibu atau ayahnya bagi seorang anak sangat luar biasa. Pengorbanan ini bisa secara materi dan nonmateri. Agama pun menegaskan untuk menghormati mereka dan menjanjikan adzab mengerikan bagi siapa yang mengabaikannya. Azab Anak Durhaka Pada Orang Tua Berikut adalah serangkaian azab-azab yang akan diterima oleh anak durhaka pada orang tuanya. Baik ibu atau ayahnya. Azab ini setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi setiap pembaca; Anak Durhaka Dibenci oleh Allah Dalam hadits riwayat Hakim disebutkan, ridla Allah ada pada ridlo orang tua. Demikian juga dengan murka Allah, juga ada pada orang tua. jika orang tua ridlo, maka Allah pun ridlo. Jika orang tua pun murka, maka Allah juga murka. Karena itulah, berpandailah mencari ridlo orang tua, maka Allah akan meridloi perjalanan hidup, sesulit apapun masalah yang dilalui oleh seseorang. Meskipun terkadang impian yang kita inginkan tak sejalan dengan keinginan orang tua. Sebagimana tulisan yang ada di dalam artikel Impian Ku Tak Sejalan dengan Ibuku Anak Durhaka akan Mendapat Adzab Bahkan Ketika Masih di Dunia Bukan hanya di akhirat, anak durhaka juga akan diberi adzab di dunia jika durhaka kepada orang tuanya. Nabi Muhammad pernah menyampaikan hadits, bahwa setiap dosa akan menjadi perhitungan di akhirat. Demikian juga dengan azabnya. Tetapi dosa karena durhaka kepada orang tua, akan disegerakan azabnya sebelum orang yang durhaka itu meninggal dunia. Shalat Anak Durhaka Tidak Diterima Demikianlah isi hadits yang diriwayatkan oleh Hasan bin Makruf. Sekhuyuk apapun sholat seorang anak durhaka, Allah tetap tidak akan menerima sholat yang dia lakukan. Bahkan jika sholat itu baik dan sempurna dalam hal rukun dan syaratnya, sholat itu tetap tidak akan diterima. Miris sangat, memang. Dosa Anak Durhaka Tidak Diampuni Nabi Muhammad pernah bersabda, seperti yang disampaikan Aisyah, dikatakan kepada seorang anak durhaka, bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya. Dan sebaliknya, dikatakan kepada anak yang berbuat baik terhadap orang tua, bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Amal Baik Anak Durhaka Akan Terhapus Seluruhnya Tentu saja sangat miris jika mendengar seorang yang banyak beramal baik, tetapi amal baik itu tidak memberikan manfaat sama sekali terhadap diri orang tersebut. Karena itu, jangan sampai azab anak durhaka ini terjadi pada Anda. Imam Thabrani meriwayatkan hadits, tiga macam hal bisa membuat seluruh amal terhapus. Pertama syirik kepada Allah. Kedua, durhaka kepada orang tua. Dan ketiga, orang dungu yang mempermainkan orang alim. Anak Durhaka Tidak Akan Mencium Harum Surga Harum surga itu sudah tercium dari jarak seribu tahun perjalanan, seperti yang disampaikan Nabi Muhammad dalam sebuah hadits. Hal itu memberi kesimpulan bahwa, harum surga sangat kuat hingga tercium meskipun dari jarak yang sangat jauh. Tapi begitu, anak yang sudah dikategorikan dalam kedurhakaan tidak bisa mencium harum surga tersebut. Dengan kata lain, jarak antara anak durhaka dan surga lebih jauh dari seribu tahun perjalanan. Anak Durhaka Tidak Dimasukkan ke dalam Surga Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Imam Ahmad, Nabi Muhammad menyampaikan, ada tiga orang yang haram masuk ke dalam surga. Orang-orang tersebut adalah orang yang suka mabuk, orang yang durhaka kepada orang tua, dan orang yang rela istri serta anak perempuannya melakukan kemungkaran. Anak Durhaka Adalah Bagian Orang yang Rugi Nabi Muhammad pernah menyampaikan, orang yang durhaka kepada orang tuanya pasti kecewa karena tergolong sebagai orang yang hina dan tidak akan masuk ke dalam surga. Dia akan kecewa karena mendurhakai orang tua hingga orang tua tersebut berusia udzur. Anak Durhaka Berpotensi Menjadi Kafir Inilah yang ditakutkan. Setiap orang yang memeluk Islam dan menjalankan apa yang menjadi perintah Allah memiliki harapan selamat dan bahagia, baik di dunia ataupun di akhirat. Tetapi, jika dia kafir, semua berubah percuma. Dan salah salah satu hal yang menjadikan orang berubah kafir adalah mengabaikan kedua orang tuanya. Ini seperti bunyi hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Anak Durhaka Bukan Bagian dari Umat Nabi Muhammad Membaca azab-azab anak durhaka di atas, sudah sepatutnya bagi setiap umat Islam untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang tergolong durhaka. Semoga kita dijadikan orang-orang baik, yang tidak mendurhakai orang tua, dan memiliki anak-anak yang membanggakan kita.
Jadi secara tematik, novel Azab dan Sengsara, belumlah secara tajam mempermasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan adat. Ini ringkasannya Aminuddin adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga itu.
Ayah meminta saya menceraikan istri saya atau dicap durhaka kepada orang tua. Saya sudah berupaya secara halus untuk meyakinkan ortu dan keluarga bahkan dengan bukti-bukti yg valid, namun mereka bersikeras meminta saya cerai. Haruskah anak mentaati perintah orang tuanya untuk menceraikan istrinya? ORANG TUA MEMAKSA ANAKNYA MENCERAIKAN ISTRI Mohon saran dan masukan. Sy seorang muslim duda tanpa anak, sudah menikah resmi KUA dg seorang muslimah janda dg dua anak. Kebetulan ortu saya seorang ulama yg dikenal masyarakat di kota saya. Pada saat menikah memang tidak ijin orang tua saya karena sejak awal orang tua sangat menentang, semenjak mendapat isu dia wanita yang tidak baik. TOPIK KONSULTASI ORANG TUA MEMAKSA ANAKNYA MENCERAIKAN ISTRI KARENA PAKSAAN ORANG TUA PACAR 10 TAHUN MENIKAH DENGAN PRIA LAIN CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM Sementara saya punya keyakinan dia wanita yg baik dan itu saya rasakan sampai saat ini. Setelah ortu mengetahui saya menikah, beliau dan saudara-saya saya meminta sy menceraikan istri saya atau dicap durhaka kepada orang tua. Sy sudah berupaya secara halus untuk meyakinkan ortu dan keluarga bahkan dengan bukti-bukti yg valid, namun mereka bersikeras meminta saya cerai. Saya katakan saya tidak bisa memilih salah satu karena keduanya hrs berjalan seiring. Untuk sementara silaturahmi sy dengan keluarga agak terputus karena suasana tegang. Mohon pendapat ustadz, bgmn saya mdnyikapi hal ini sementara sy merasakan kebahagiaan hidup dan beribadah dg istri dan anak" saya. Syukron jazila JAWABAN Ada dua keadaan di mana orang tua memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya. Pertama, sebab yang syar'i. Sang istri adalah perempuan nakal yang perilakunya tidak sesuai dengan syariah. Maka, di sini suami wajib mentaati perintah orang tuanya untuk menceraikan istrinya. Seperti dalam kasus di mana Umar bin Khattab memerintahkan putranya Abdullah bin Umar agar menceraikan istrinya. Berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi dari Abdullah bin Umar كانت تحتي امرأة أحبها وكان أبي يكرهها فأمرني أن أطلقها فأبيت فذكرت ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم فقال يا عبد الله بن عمر طلق امرأتك Artinya Abdullah bin Umar berkata Aku punya istri yang aku cintai akan tetapi ayahku tidak menyukainya. Ayah memerintahkan agar aku menceraikannya tapi aku tidak mau. Kemudian aku laporkan hal itu ke Rasulullah. Nabi berkata "Wahai Ibnu Umar, ceraikan istrimu." Kedua, tidak ada sebab yang sesuai syariah untuk mentalak istri. Misalnya, sang istri adalah perempuan baik-baik dan salihah. Maka, dalam kasus kedua tidak wajib mentaati orang tua. Bahkan tidak perlu mentaati orang tua. Berdasarkan hadits riwayat Bukhari Muslim إنما الطاعة في المعروف Artinya Ketaatan pada orang tua hanyalah pada hal yang berkaitan dengan kebaikan. Dalam kasus kedua ini, Ibnu Taimiyyah dalam Al Fatawa al-Kubra III/331 menyatakan رجل متزوج وله أولاد , ووالدته تكره الزوجة وتشير عليه بطلاقها هل يجوز له طلاقها ؟ فأجاب "لا يحل له أن يطلقها لقول أمه , بل عليه أن يبر أمه ، وليس تطليق امرأته من برها . والله أعلم Arti kesimpulan Tidak halal bagi seorang suami menceraikan istrinya karena perintah ibunya. Walaupun anak wajib berbaki pada orang tua. Akan tetapi menceraikan istri bukanlah bagian dari berbakti. Kesimpulan Kalau memang perempuan yang Anda kawin betul-betul perempuan salihah, tidak sebagaimana yang dituduhkan oleh ayah dan saudara-saudara Anda, maka tidak mentaati perintah ayah tidak apa-apa. Akan tetapi, tetap diperlukan komunikasi yang baik antara Anda sebagai anak dengan ayah supaya tetap terjalin hubungan yang harmonis. __________________________________ KARENA PAKSAAN ORANG TUA PACAR 10 TAHUN MENIKAH DENGAN PRIA LAIN Assalamu'alaikum Wr Wb..... Kisah saya ini berawal ketika saya bertemu dengan hawa... sampai saya konsultasi sekarang ini usia hubungan kita udah mencapai 10th. awal kami punya planning akan menikah ketika hawa selesai kuliah. Dan hawapun jg sudah janji seperti itu karena kita juga sudah menjaga hubungan ini sejak lama. Dan ketika hawa selesai wisuda, saya menanyakan bagaimana hubungan ini ke hawa, kita sudah sepakat, setelah selesai kuliah kita akan menikah. Ternyata di situ hawa masih belum mau untuk ke jenjang yg lebih serius karena hawa masih ingin lanjutin lagi dengan mengambil S2. Di situ saya beri pandangan pada hawa. Lebih baik Kita menikah dulu dan kalau hawa mau lanjutin ke S2, saya juga tidak keberatan untuk membiayai itu. Saya punya pandangan seperti itu karena melihat history hubungan kita ini sudah terlampau jauh dan saya ingin bertanggung jawab atas semua perbuatan saya. karena hubungan kita sejauh ini sudah sperti layaknya suami istri. karena hawa di situ belum siap, akhirnya saya yang mengalah dan hawa memberi harapan lagi dengan bilang setelah S2 kita menikah. Karena saya jg tidak mau egois akhirnya sayapun turuti keinginan dia. Dan dilema ini terjadi di tahun pertama hawa lanjutin S2 nya, tepatnya sekarang ini. Orang tua hawa sholat istiqoroh istikhoroh - red di karenakan takut akan usia hawa. Sekarang ini 24 tahun usia hawa. Hasil istiqoroh orang tua hawa akhirnya di limpahkan ke seorang Kyai yang ada di pacitan, mungkin juga dari penglihatan batinya, Kyai tersebut bilang, coba tunggu dalam 1 minggu ini, mungkin akan ada orang yang bertamu ke rumah hawa. Dan ternyata benar kata Kyai itu. Datanglah tamu yang di tunggu tersebut. Setelah itu orang tua hawa kembali tanya pada Kyai nya. Saran dari Kyai tersebut di minta untuk menyegerakan pernikahan. Di situ orang tua hawa bahagia sekali. Sampai akhirnya jadwal pernikahan hawa pun lebih di percepat lg dari jadwal awal pernikahanya karena saking bahagianya orang tua hawa. Ketika itu jarak saya jauh dari hawa karena saya harus mencangkul demi setumpuk harapan bersama hawa. Dengan nada berat dan tanpa penjelasan yang pasti hawa menghubungi saya, bahwa dirinya akan segera di nikahkan. Sudah seperti akan kiamat saja hari itu. Tanpa ba bi bu dan fikir panjang saya melesat pulang ke kampung halaman. Setelah pulang besoknya saya menemui hawa dan membahas apa yang sebenarnya terjadi. Hawa bercerita seperti halnya cerita di atas. Bahwa bapak hawa beristiqoroh dan realita bicara seperti terkaan Kyai tersebut. di sini saya jg tidak tau apa hasil istiqoroh bapak hawa yang di limpahkan pada Kyai tsb. Di situ saya bertanya pada hawa. Apa sebelumnya orang tua tidak menanyakan terlebih dulu pada yg akan menjalani ini semua. dan jelas di sini yg akan jalani ini semua adalah hawa itu sendiri. Dan ternyata, ketika orang tua hawa menanyakan hal tersebut kepada hawa, di situ hawa cuma diam, saya bertanya pada hawa, kenapa hawa hanya diam ketika di tanya seperti itu oleh orang tua hawa. di situ hawa menjelaskan kenapa dia hanya diam, dalam hati hawa sebenarnya ingin berontak dg keadaan ini semua karena tidak sesuai dengan apa kata hati hawa tapi di sisi lain hawa juga punya keinginan membahagiakan orang tuanya. padahal dari cerita ibunya pernah dia di carikan jodoh oleh saudaranya tetapi dia juga tidak mau. Dua minggu berselang hawa selalu curhat ke saya bahwa dia udah salah langkah dan menyesal. Keadaan hawa sekarang cuma merasakan tekanan batin yg luar biasa tiada henti tiap harinya. hatinya menolak itu semua dengan hebat. di situ orang tua hawa tidak tau apa yang terjadi pada batin hawa. hawa cuma berbicara pada orang tua hawa melalui bahasa tubuh saja. hawa menunjukan sikap penolakan tersebut tetapi orang tua hawa tidak peka terhadap apa yang di lakukan hawa tsb. Selama ini saya cuma sebagai calon yang tidak pernah di ketahui orang tua hawa karena ketika waktu pertama saya berkunjung ke rumah hawa 8 tahun silam. ibu hawa nunjukin sikap ketidak sukaannya kepada saya. di situ saya bisa maklumi karena saya jg sadar bahwa saya ada d kasta ketiga dalam urusan kasta. Tidak setara dengan kasta keluarga hawa. Mungkin itu cuma asumsi saya saja. Dari situ hawa jg berasumsi jika ibunya tidak setuju jika menjalin hubungan dg saya. makanya selama ini hawa tidak berani memberi tau pada orang tua hawa tentang saya dan hubungan kita yang sudah 10 th ini dan yang sudah terlampau jauh dari batas. Akhirnya saya putuskan. saya bertandang kerumah hawa. Karena saya tidak tega dengan apa yang hawa rasakan sekarang. Sesampai di rumah hawa, saya cuma bertemu dg ibu hawa karena bapak hawa lagi pergi keluar kota.... Di sini saya luapkan semua apa yang saya rasakan, yang di rasakan hawa termasuk niatan saya. Bertanggung jawab atas apa yang telah saya dan hawa lakukan selama ini ..termasuk hubungan kita yg melakukan dosa besar hawa tidak mau tau itu semua karena pernikahan hawa sudah tinggal menghitung hari....dan ini lah akhir dari semua kisah saya dengan hawa. Yang saya sesalkan sekarang cuma, kenapa ketika hawa di tanya orang tua nya tentang calon suami hawa cuma diam. Tidak mencoba memberikan pandangan kepada orang tua hawa bahwa sebenarnya hawa punya kandidat yg perlu untuk di pertimbangkan. Dan yang mau saya tanyakan 1. Saya bingung dengan keadaan ini semua. jadi apa kira kira yang harus saya lakukan lagi di luar tawakal? Karena semua usaha sudah saya lakukan dan mengalami kebuntuan. Saya sudah utarakan niat saya untuk bertanggung jawab atas apa yg telah saya lakukan, Tapi orang tua hawa tidak mau tau itu semua dg alasan bahwa pernikahanya tidak bisa di batalkan dan karena hasil dari istiqoroh yg di limpahkan pada seorang Kyai. 2. Apakah hasil istiqoroh yang di limpahkan pada Kyai tsb dan ketika penglihatan batin sang Kyai terjadi nyata ada tamu dalam waktu 1 minggu tsb bisa di katakan jodoh yang tepat untuk hawa? 3. Apakah sikap orang tua hawa bisa di anggap benar dalam hal ini? Tetap melanjutkan pernikahan hawa setelah tau bahwa A. Saya dan hawa sudah melakukan dosa besar dan saya berniat dg sungguh sungguh untuk mempertanggung jawabkan atas apa yang sudah saya perbuat. B. Orang tua hawa tau bahwa hati hawa tertekan dan menolak ini semua. C. Orang tua hawa tau bahwa hawa tidak bisa menerima calon suaminya ini meski itu hasil istiqoroh yg di limpahkan pada seorang Kyai dan dalam hal ini kenyatan sesuai dg penglihatan batin sang Kyai. D. Di sini orang tua hawa tetap melanjutkan pernikahan tersebut dg dasar pelimpahan hasil istiqoroh pada seorang Kyai dan penglihatan batin sang Kyai yang jadi hal nyata dan pernikahan yg sebentar lagi akan di laksanakan. 3. Bagaimanakah hukumnya pernikahan hawa ini melihat kasusnya seperti itu. 4. Apa yang harus hawa lakukan supaya bisa keluar dari keadaan ini semua ? Sedang pernikahan dia tinggal menghitung hari 5. Kenapa ikatan batin saya dengan hawa begitu kuat dan masih sama sampai sekarang? Ketika hawa merasa badanya panas kadang saya juga merasakan hal itu. 6. Boleh tidak dalam menyikapi kasus ini hawa hanya berpasrah dan diam merasakan apa yg di rasakanya itu, mengorbankan kebahagiaanya demi mengabdi dan membuat bahagia orang tua hawa, karena hawa percaya akan kuasa alloh dan hawa yakin ini semua sudah tertulis di lauful mahfudz. 7. bagaimana harusnya orang tua hawa menyikapi kasus ini? 8. Apa bisa di pastikan bawasanya hawa akan bahagia dg calon suami dari hasil istiqoroh dan terkaan seorang Kyai jadi kenyataan, melihat hawa bersebrangan dg calon suaminya. tidak menerima calon suaminya, hawa tertekan batinya. hawa seperti orang asing dalm keluarga suaminya dan apa benar itu bisa di katakan jodoh? 9. bagaimana hukumnya dalam kasus ini jika hawa menolak untuk ber jima' dg suaminya? 10. Apakah dalam kondisi seperti ini hawa masih bisa gunakan hak nya untuk memilih calon suami, melihat sewaktu dulu hawa hanya diam penjelasan hawa diam seperti pada cerita di atas dan blm menggunakan haknya itu? 11. Apa hawa bisa di katakan anak yang durhaka dan tidak berbakti pada orang tua jika hawa menentukan kebahagiaanya sendiri dengan keadaan seperti ini, kondisi sekarang belum ada persiapan pada pernikahan hawa dan hawa baru di limpahkan pada modin setempat... 12. Melihat kasus seperti ini, mana yang harus lebih di utamakan. Antara kebahagiaan anak atau kebahagiaan orang tua. Sedang kebahagiaan anak adalah kehancuran orang tua dan sebaliknya kebahagiaan orang tua adalah kehancuran seorang anak. 13. Boleh tidak jika dalam pernikahan ada sebuah perjanjian perceraian dengan dasar seperti tertekan batinya, berseberangan dg suaminya, tidak bisa menerima suaminya dan pernikahan yang akan di jalani hanya supaya kedua keluarga tidak menanggung malu, kalau seperti itu bagaimana hukumnya....? Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih wabilahitaufik walhidayah wassalamu'alakum Wr Wb.... JAWABAN 1. Anda telah melakukan semua usaha yang semestinya dilakukan untuk mencapai tujuan anda walaupun kami melihat usaha tersebut baru anda lakukan setelah semuanya terlambat. Mungkin masalahnya akan lain kalau anda melamar langsung ke orang tua Hawa sejak dia lulus sarjana. 2. Belum tentu. Islam tidak mendasarkan syariahnya pada mimpi, termasuk dalam hal istikhoroh. Islam menganjurkan agar dalam mencari pasangan menggunakan cara-cara yang rasional yakni pada perilaku dan kasalihan calon pasangan. Baca ulasan lebih detail - Shalat Istikharah - Menentukan Pasangan dengan Istikhoroh. 3. Sikap orang tua Hawa kurang tepat tapi dapat dimaklumi ditinjau dari psikologi sosial. Bayangkan betapa malunya mereka kalau menggagalkan resepsi pernikahan anaknya saat undangan sudah menyebar. Kalau mau mencari kesalahan, maka kesalahan itu terletak pada Hawa yang a tidak menolak saat ditawari menikah pertama kali; dan b kesalahan Anda yang tidak dari awal-awal melamarnya. 4. Kalau Hawa memberi ijin ayahnya untuk menikahkannya, maka hukum pernikahan sah walaupun dalam hatinya dia merasa terpaksa. Namun demikian, kalau dia menyatakan penolakannya saat terjadi akad nikah, maka ayah Hawa tidak boleh melanjutkan akad nikah itu. 5. Kalau dia tidak menerima pernikahan itu, maka dia bisa menolak pada orang tuanya dan melapor ke Modin atau pegawai KUA setempat bahwa dia tidak bersedia menikah. Namun, hal itu akan sangat memalukan orang tua Hawa dan besannya. Oleh karena itu, sebaiknya langkah ini dihindari karena apabila ini terjadi, maka orang tua Hawa akan sulit memaafkan Hawa dan Anda yang dipandang sebagai penyebab kekisruhan ini. Solusi yang relatif aman adalah Hawa berbicara baik-baik dengan calon suaminya tentang situasi ini, biarkan calon suaminya menentukan sikap terbaik yang akan baik buat semua pihak terkait. 6. Karena anda sangat mencintainya. 7. Boleh saja. Tidak ada larangan untuk bersikap seperti itu. Bahkan dalam situasi saat ini, sikap seperti itu lebih baik daripada membuat kegaduhan. Lagipula, belum tentu Hawa tidak bahagia ketika bersama suaminya nanti. 8. Orang tua Hawa tidak punya pilihan lain saat ini. Perkawinan harus dilaksanakan. Karena undangan sudah menyebar. Resepsi dan akad nikah harus dilaksanakan. Sekali lagi, penolakan Hawa dan kedatangan Anda terlalu terlambat. 9. Belum tentu Hawa bahagia dengan suaminya ini. Tapi belum tentu juga akan menderita. Semua tergantung sikap suami dan cara dia memperlakukan Hawa serta bagaimana Hawa memberi respons. Soal apakah itu jodoh atau bukan, hal itu baru bisa diketahui setelah mereka hidup bersama. Kalau tidak bercerai berarti jodoh. Kalau bercerai berarti tidak jodoh. 10. Selagi menjadi istri, maka wajib baginya menerima untuk melakukan hubungan intim dengan suami. Kalau menolak maka ia berdosa. Namun demikian, kalau Hawa tidak mencintainya, maka ia dapat meminta suami untuk menceraikannya atau istri melakukan gugat cerai ke Pengadilan Agama. Lihat Talak dalam Islam 11. Selagi belum terjadi akad nikah, maka Hawa boleh menolak permintaan ayahnya. Apabila demikian, maka ayah tidak boleh memaksa. Lihat detail Hukum Kawin Paksa dalam Islam 12. Seperti disebut dalam poin no. 11, orang tua tidak boleh memaksa putrinya untuk menikah dengan pria yang tidak disukainya seperti tersebut dalam sebuah hadits. Oleh karena itu, maka diperbolehkan bagi Hawa untuk melakukan penolakan. Tapi sekali lagi, hendaknya hal itu dikomunikasikan dengan baik pada orang tua untuk menjaga hubungan harmonis ke depannya. Karena kalau sampai gagat, ketidakharmonisan bisa terjadi tidak hanya antara Hawa dan orang tuanya, tapi juga antara orang tua Hawa dan besannya. 13. Ambil jalan tengahnya bagaimana supaya kehendak kedua belah pihak - anak dan orang tua - sama-sama tercapai. Misalnya, akad nikah dan resepsi pernikahan tetap dilakukan walaupun terjadi ketidakharmonisan antara kedua mempelai di malam pertama dan seterusnya Jawa, ora patut. 14. Asal janji cerai itu tidak disebutkan saat akad nikah, maka tidak apa-apa, yakni perjanjian itu dibuat di luar ijab kabul. Dan hukum pernikahannya tetap sah. Namun, hak menceraikan istri tetap di tangan suami. Artinya, kalau suami tidak mau menceraikan istrinya, maka istri tidak bisa berbuat apa-apa selain melakukan gugat cerai ke Pengadilan Agama. Lihat detail - Cerai dalam islam Panduan Praktis - Perceraian Islam Ulasan Ilmiah Tips Pernikahan dan Memilih Pasangan Bagi Anda ada baiknya untuk memperluas wawasan dalam soal rumah tangga dengan membaca dua buku kami yang tersedia gratis secara online pada link-link berikut - Keluarga Sakinah - Rumah Tangga Bahagia - Akhlak dan Etika seorang Muslim
Suatuketika, seorang lelaki curhat kepada Syekh Abdullah bin Al-Mubarik, dia berkata: "Dulu ibuku selalu memintaku untuk menikah, sampai aku menikah. Setelah aku menikah, ia selalu memintaku menceraikan istriku." Syekh berkata: "Kalau engkau sudah merasa melakukan semua bakti kepada ibumu kecuali ini, ya sudah ceraikan saja.
loading...Seorang anak boleh menasehati orang tuanya dengan cara yang sopan, dan bijaksana bila tak sesuai dengan ajaran agama. Foto ilustrasi/istimewa Dalam kehidupan banyak kita jumpai berbagai watak manusia. Termasuk dalam lingkup keluarga sendiri. Orang tua, kerabat dekat, teman, dan tetanggayang memiliki watak yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Semisal, orang tua yang keras kepala dan berselisih paham dengan anaknya, atau berbeda kondisi ini, bolehkah seorang anak menasehati orang tuanya? Bagaimana cara dan adabnya, agar nasehat itu diterima oleh orang yang dituju?Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita amar ma’ruf dan nahi mungkar menyuruh orang untuk melakukan kebaikan dan mencegah dari kemungkar sesuai dengan kemampuan .Baca juga Pentingnya Menjaga Iffah di Zaman Penuh Fitnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ"Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak bisa merubah dengan tangannya, maka degan lisannya; Jika tidak bisa juga dengan lisan, maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman."Dalam riwayat lain ولَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيْمَانِ حَبَّةَ خَرْدَلٍ "Tidak ada lagi setelah itu keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi." HR MuslimDi dalam Al Qur’an sendiri banyak perumpamaan maupun kisah yang sangat inspiratif sebagai petunjuk atau hikmah bagi manusia. Salah satunya adalah kisah hubungan seorang anak dengan orang tuanya yang berbeda pendapat dan keyakinan. Seperti kisah Nabi Ibrahim alaihisalam dengan Ta'ala berfirman إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنكَ شَيْئًا 42 يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا 43 يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا 44 يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا 45 قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا 46قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا 47"Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? 42 Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. 43Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. 44Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”.45 Berkata bapaknya “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.46 Berkata Ibrahim “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. 47" QS Maryam 42-47Ayattersebutmenjelaskan tentang dialog Nabi Ibrahim mengajak ayahnya yang bernama Azar, untuk mengikuti kebenaran ajarannya yang sesuai dengan logika manusia, dan dengan cara yang sopan, tanpa menggurui. Baca juga Inilah Beberapa Puasa Sunnah Muharram dan Dalil-dalilnya Dalam tafsir Thobari disebutkan, bahwa Nabi Ibrahim menasehati orang tuanya dengan dialektika penuh hormat yang ia tunjukkan kepadanya, dengan menanyakan alasan, kenapa tuhan yang tak mendengar keinginanmu, lagi tak mampu mendatangkan manfaat, atau membuat kerusakan, kenapa engkau sembah?Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Ayah Nabi Ibrahim tak mau menerima nasehat dari anaknya, malah akan mengancam secara fisik, dan mengusir Nabi Ibrahim, jika tak mau menyembah berhala itu, dan masih mencaci maki, mencela sesembahan. Mendengar perkataan orang tuanya, Nabi Ibrahim tak lantas marah, tapi selalu menunjukan perilaku santun kepada orang tuanya, dengan selalu berdoa agar orang tuanya mendapatkan keselamatan .Dari kisah di atas juga dapat diambil kesimpulan, bahwa seorang anak boleh menasehati orang tuanya dengan cara yang sopan, dan bijaksana bila tak sesuai dengan ajaran Agama, karena pada dasarnya, taat kepada orang tua wajib hukumnya, tapi kalau tidak bertentangan dengan Aturan Agama, atau untuk durhaka kepada Allah dan RasulNya, maka dalam hal ini, seseorang tak wajib mengikutinya. Baca juga Ketika Setan Menggoda Manusia dengan Kemiskinan Wallahu A'lam wid
. zrntjhj3cf.pages.dev/135zrntjhj3cf.pages.dev/62zrntjhj3cf.pages.dev/698zrntjhj3cf.pages.dev/744zrntjhj3cf.pages.dev/538zrntjhj3cf.pages.dev/31zrntjhj3cf.pages.dev/101zrntjhj3cf.pages.dev/283zrntjhj3cf.pages.dev/581zrntjhj3cf.pages.dev/463zrntjhj3cf.pages.dev/105zrntjhj3cf.pages.dev/414zrntjhj3cf.pages.dev/250zrntjhj3cf.pages.dev/597zrntjhj3cf.pages.dev/942
azab orang tua yang menceraikan anaknya